Sabtu, 18 Oktober 2008

Pertemuan di Kereta Api

Aku kebetulan ada tugas di Jakarta, berangkat tanggal 1 Februari 2001. Aku pergi ke sana naik kereta eksekutif. Ah enaknya udara AC di kereta, begitu duduk aku langsung ngantuk. Tapi tidak disangka di sampingku ternyata duduk seorang cewek yang bukan main cantiknya.“Selamat siang Mbak?” kataku basa-basi.“Siang Mas,” kata si cewek pendek.Setelah meletakkan tas di rak atas kepala, aku pun duduk di samping si cantik itu. Biar lebih detail aku perinci penampilan si cewek ini. Wajah mirip Tia Ivanka dan bodinya mirip Nafa Urbach, putih hidung mancung, alis mata tebal (bukan buatan lho), bibir sensual, dagu indah, leher jenjang. Terus ukuran dadanya, aku belum kelihatan karena dia memakai blazer warna hitam.Sambil menghabiskan waktu di perjalanan, kubaca majalah favoritku, Liga Italia. Emang sih aku ini termasuk maniak bola. Eh rupanya majalahku ini pembawa keberuntungan, karena si cewek cantik itu ternyata tertarik dengan bacaanku ini.“Mas, seneng bola ya?” tanya si cantik.“Iya Mbak, kok tanyanya gitu, apa Mbak juga seneng olahraga bola,” tanyaku juga.Dan ternyata memang dia senang bola jadi kami ngobrol banyak tentang bola.“Mas kerja apa di Jakarta?” tanya si cantik.“Saya kerja di kantor pengacara,” kataku.Pembicaraan kami semakin jauh dan dia menawarkan untuk janjian pergi hari Sabtu malam Minggu di Jakarta. Nah ini dia deh, aku langsung saja tangkap peluang untuk tahu lebih jauh tentang si cantik ini.Malam itu ternyata kereta yang kunaiki baru sekitar jam 7:00 malam kurang tiba di Jakarta.“Mas pulangnya naik apa, kalo nggak dijemput ikut saya aja,” kata si cantik itu.“Saya belum tau deh naik apa, ya naik taksi aja kan banyak,” kataku.“Udah ikut aja saya, nanti biar diantar supir saya,” desak si cantik lagi.Akhirnya aku dari Gambir naik mobil si cantik. Setelah sampai di ujung gang aku minta turun di situ.“Oke ya sampai ketemu, besok saya akan telepon kamu,” kataku pada si cantik.“Malam Mas, sampai besok ya,” balasnya.Paginya aku harus bangun pagi-pagi karena mau pergi ke kantor atasanku. Nah setelah selesai meeting di kantor, aku langsung telepon cewek cantik kemarin.“Hallo, bisa bicara dengan Vivi,” kataku.“Dari siapa ini,” tanya sebuah suara wanita.“Ini dari Sony, teman Vivi dari Malang,” kata aku supaya si Vivi tidak lupa.“Hi Mas, apa kabar, dan gimana acara kami malam ini,” jawab Vivi.“Saya sih udah siap jemput kamu sekarang,” kataku.“Ya langsung aja Mas kalau gitu.”Aku langsung meluncur ke rumah Vivi. Gila benar, ternyata rumah si Vivi ini besar dan mobilnya selusin.“Wah kamu malam ini beda sekali ya, kelihatan lebih sederhana tapi tetep wah..” kataku sambil jelalatan melihat badannya yang ternyata wah wah wah.“Ah Mas Sony bisa saja, saya kan emang begini ini,” kata Vivi merendah.“Gini-gini juga bikin pusing saya nih,” kataku menggoda.Eh ternyata si cantik itu mencubit lenganku.“Mas Sony juga paling bisa deh, kemarin katanya karyawan biasa, kok mobilnya Mercy yang baru.”“Oh itu, itu mobil dinas kok?” kataku.“Ah Mas ini bisa aja, masak mobil dinas Mercy baru sih..” katanya sambil mencubitku.Malam itu kami ke restoran mewah. Selesai makan kami ke pub.“Mas, kalo Vivi minum banyak, nggak pa-pa kan?” tanya si cantik.“Untuk kesehatan sih jangan, tapi kalau sekali-sekali terserah kamu, masak saya melarang, nanti kamu bilang emangnya elu siapa.”“Nggak maksudnya Mas Sony nggak pa-pa ngeliat Vivi minum banyak.”“Oh itu sih oke, saya ini nggak banyak ngatur dan ‘possesive’ ke cewek, yang penting jangan reseh ya!” kataku ke Vivi sambil kupegang dan belai kepalanya.“Kalo gitu kita minum aja Tequila,” teriak Vivi.“Aduh ampun deh, kalo minum itu, nanti kalau saya juga teler siapa yang anter,” tanyaku.“Ya kita nggak usah pulang, kita nginep aja di hotel sebelah.”“Hah, kamu serius nih..”“Iya bener, kenapa sih, kok kamu belum ngerti juga kalo saya dari kemarin di kereta udah memperhatikan kamu,” kata Vivi sambil menggalayut ke badanku.Uh mati deh aku, disosor sama cewek cantik yang umurnya cukup jauh di bawahku.“Ya kalo kamu bilang gitu saya ikut aja, tapi kamu nggak nyesel dan emang sadar kan ambil keputusan ini,” kataku sekali lagi untuk meyakinkan diriku sendiri.“Yes darling, I’ve decided and never regret,” kata Vivi sambil memelukku dengan sebelah tangannya.Dan malam itu aku minum mungkin sekitar 12 gelas kecil Tequila, dan Vivi menenggak tidak kurang dari 6 gelas. Kami berdua sudah mulai tinggi karena kebanyakan minum.“Vi, pulang aja ya, mumpung saya masih bisa nyetir.”“Iya deh pulang aja, biar bisa lamaan berduaan sama Mas Sony,” jawab Vivi manja.Di mobil Vivi sudah tidak bisa menahan diri lagi.“Mas, Vivi nggak tahan nih.”“Kamu mau muntah ya,” tanyaku.“Bukan.. bukan itu, tapi itu tuh, nggak tahan itu,” tangannya dengan jahil menunjuk-nujuk ke pangkal pahaku.“Vivi buka ya,” katanya dan tanpa menunggu aba-aba, tangannya segera menggerayangi reitsleting celanaku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur. Dengan perlahan tapi pasti, dilahapnya seluruh batanganku ke dalam mulutnya yang seksi. Dimainkannya ujung batangku dengan lidahnya. Aku merasakan batangku mengeras dan semakin mengeras.“Vi, aduh gimana nih sekarang, kamu tanggung jawab lho,” kataku menggodanya.“Ya udah deh cari aja hotel,” kata Vivi sambil terus mengocok batangku, dan dengan tangan satunya dia meremas-remas payudaranya sendiri.Hotel pun pilihannya jatuh di Hotel ****(edited) Menteng Prapatan. Kami berdua naik ke kamar sudah agak sempoyongan tapi ditegak-tegakkan supaya kelihatannya sehat.Setibanya di kamar Vivi menyempatkan menelepon ke adiknya.“Vin, ini aku nginep di Hyatt ****(edited) kamar 900, bilangin bokap ya!”Aku begitu datang dari kamar mandi mengenakan handuk saja, langsung ditubruk dan handuknya ditarik si cantik yang ganas itu. Sambil mencium dada, perut dan sekujur tubuhku, Vivi dengan tergesa-gesa melepas bajunya dan melemparkannya ke penjuru kamar. Begitu terlepas BH yang menutupi dadanya yang padat itu, terlihat payudaranya yang putih padat dengan putingnya yang terlihat kecil mencuat karena terangsang. Disambarnya batanganku yang sudah tegang karena melihat keganasan dan tubuh Vivi yang indah itu. Sambil menaik-turunkan mulutnya mengikutipanjangnya batangku, tangan kanan Vivi mengusap dan mempermainkan klitoris dan sekitar bulu kemaluannya sendiri, serta sesekali terdengar erangan dari mulutnya yang terus menghisap batangku.Capek dengan kegiatannya, si cantik itu menjatuhkan badannya ke tempat tidur sambil mengangkat kedua kakinya ke atas. Tangan kirinya membelai rambut kemaluannya sendiri, dan tangan kanannya mempermainkan lipatan-lipatan kulit klitoris di kemaluannya. Aku melihat Vivi seperti itu, langsung ikut membelai bulu kemaluannya yang halus. Kujilat putingnya yang menonjol kecil tapi keras, kujelajahi perutnya yang kencang, kumainkan ujung lidahku di sekitar pusarnya. Dan terdengar erangan Vivi, “Egghh, uhh..” Langsung kuhujamkan ujung lidahku ke lubang kemaluannya yang sudah basah, dengan kedua jempolku, kudorong ke atas lipatan klitorisnya, kupermainkan ujung lidahku di sekitar klitoris itu, “Uuhh, egghh, ahh..” teriak Vivi.Karena tidak tahan lagi, langsung saja kumasukan batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat keras. Dan ternyata basahnya kemaluan Vivi tidak mengakibatkan rasa licin sama sekali, karena lubangnya masih terasa sempit dan sulit ditembusnya. Begitu terasa seluruh batang kemaluanku masuk di dalam jepitan lubang kemaluan Vivi, perlahan-lahan kupompa keluar dan masuk lubangnikmat itu. Belum terlalu lama aku memompa kemaluan Vivi, tiba-tiba, “Aaahh, uugghh..” teriak Vivi, rupanya dia sudah orgasme. Aku mempercepat gerakan dan teriakan Vivi semakin menjadi-jadi, lalu kuhentikan tiba-tiba sambil menekan dan memasukkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya kelubang kemaluannya.“Oh.. Oh.. Oh.. that was so nice darling, let’s make another,” katanya.Kubalikkan badannya telungkup ke tempat tidur, dan dari belakang kupompa lagi keluar masuk lubang kemaluannya yang ketat itu, kurebahkan badanku menempel ke punggung Vivi dan kugerakkan pinggulku secepatnya. “Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh Mas enak sekali.. aahh..” teriak Vivi lagi karena orgasme yang kedua. Tapi kali ini aku tidak stop, karena aku juga sudah merasakan denyutan yang memuncak di sepanjang batangku. Dan dengan kecepatan penuh kupompa keluar masuk lubang kemaluan ketat itu. Diiringi erangan yang semakin menjadi-jadi dari Vivi, akhirnya aku juga mencapai klimaksnya. Paginya karena hari Minggu, aku tidak terlalu resah untuk bangun pagi. Apalagi aku sekarang sedang menginap di ****(edited) bersama Vivi. Waktu aku bangun kulihat jam di meja samping tempat tidur, eh baru jam 8:00 pagi. Kepala masih nyut-nyutan, dan kamar masih gelap sekali, tapi aku tetap bangun dan ke kamar mandi. Setelah sikat gigi dan “nyetor saham”, aku langsung ke tempat tidur lagi dan masuk ke balik selimut.“Emm, Mas kok pagi-pagi sudah bangun sih. Uuhh.. tangan kamu tuh dingin, jangan nempel-nempel dong!” kata Vivi protes. Tapi tanpa menghiraukan protes Vivi, aku tetap menempelkan badanku ke badan Vivi yang juga telanjang bulat. Dari belakang kupeluk badannya yang padat berisi, dengan tangan kananku, kuraba buah dadanya yang menonjol. Aku memainkan jari-jariku di sekitar putingnya yang terasa menonjol kecil. Kurasakan badan Vivi menggeliat sedikit tapi kemudian diam kembali. Kulanjutkan lagi rabaanku ke daerah perut menuju rambut-rambut halus di sekitar kemaluannya. Perlahan-lahan kuusap-usap rambut-rambuit itu, dan di balik rambutnya kuraba dan mainkan klitoris Vivi. “Emm, ehh, Mas, uhh, Mas, ya itu di situ enak, terus ya,” kata Vivi tiba-tiba. Tanpa terasa, batangku mulai mengeras lagi. Tidak pikir lama-lama langsung kutempelkan pinggulku ke pantat Vivi. Terasa batang kemaluanku tepat di belahan pantat Vivi. Tanganku tetap kumainkan di daerah kemaluannya, dan aku bisa merasakan kemaluannya mulai basah. Segera kuarahkan ujung batangku ke lubang kemaluan Vivi. “Aghh..” erang Vivi saat ujung batangku agak dengan paksa menusuk ke liang kemaluannya. Kugenjot batang kemaluanku sampai akhirnya.. “Akhh..” erang Vivi rupanya dia sudah sampai.Vivi melepas batang kemaluanku dari lubang kemaluannya, dan memintaku untuk tidur terlentang. Lalu dengan perlahan lagi, dia naik ke atas badanku dan mulai memasukkan batang kemaluanku yang tadinya sudah hampir mencapai puncaknya. Vivi menghadap ke arahku, sehingga terlihat wajahnyayang cantik serta buah dadanya yang menonjol besar. Pinggul Vivi meliuk-liuk menimbulkan rasa enak dan ngilu di sepanjang dan ujung batang kemaluanku yang terjepit erat di antara kemaluan Vivi. Kuraih buah dada Vivi dan kuremas-remas. “Ohh, yes, yes, yah terus Mas, oouhh enaknya, ya..” teriak Vivi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara membabi buta. Rambutnya yang agak panjang terlihat menyabet ke kiri dan ke kanan. dan tak lama kemudian kami pun mencapai puncak secara bersamaan. Begitulah kisahku bersama Vivi, dan sejak saat itu aku sering melakukan percintaan yang melelahkan sekaligus menyenangkan bersama Vivi.Tamat

Pesona Kota Wisata

Aku adalah seorang “Computer Engineer” yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni , aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan?”, dalam hati aku bertanya.Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.“Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.“Mas.., dari Jakarta?” wanita tersebut kembali bertanya.“Iya.., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.“Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”.Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.“Namaku Vina.., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Vina.“Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang,” aku coba mengajak.“Emang Mas Bambang mau berenang juga”, tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku dalam hati. “Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil memanggil pelayan.“Oke dech kalau begitu.., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.Langsung aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam”, aku pesan satu botol saja yach..”, jawab Vina manja dari dalam kolam.Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. “Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.“Mas Bambang berapa lama di sini?”, tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.“Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.“Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.“Boleh dech..”, jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.“Mas.., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. “Boleh.., datang saja”, jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.“Jangan Mas.., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.“Ting tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.“Mau mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam hati aku bertanya-tanya.“Silakan masuk.., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.“Blaakk!” pintu kamar kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai.., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak.., “Ohh Mas..”, jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka.., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri aku kepuasan..” terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Woowww.., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.“oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass..” pinta Vina memelas.Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. “Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Vina memaksa.Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh.., honey.., please go on.., ouuhh.., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.“sstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Vina betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.“uugghh.., oouuhh.., eehhmm..” Vina mendesah dan.., sseerr.., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oohh.., honey masukin cepat kemaluannya”, pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb.., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.“oouuhh.., nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan berhenti Maass..” Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.“Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass.., Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep.., clep.., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku.., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.“oouuhh.., Maass.., masukin sayang.., aku sudah nggak tahan nich..”, Vina mengeluh minta dimasukin.Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb.., sleebb.., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. “Aahh.., acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan kepuasan.., oouugghh..!”, Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.“Mass.., aku mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”, pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.“uugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. “Terima kasih ya Mas.., sudah memberi kepuasan kepada Vina” ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. “Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam hatiKamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Y”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. “Pantes.., memek Vina sempit seperti perawan”, pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota “Y” aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.Tamat

Yarmi, Pembantuku

Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah kontrakanku ke rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok dari rumah kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen yang juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3 km. Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah tangga, sebut saja Yarmi. Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau istriku belanja, Yarmi-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa, kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini.Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Yarmi dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku.“Yarmi, bisa tolong saya cariin pembantu..”“Untuk di rumah Bapak..?”“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”“Wah gede tuh Pak, yach nanti Yarmi cariin.. kabarnya minggu depan ya Pak.”“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu..”“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..”Kutinggal Yarmi setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani tamu-tamuku.Dua hari kemudian, mobilku dicegat Yarmi ketika melintas di depan rumah majikannya.“Malam Pak..”“Gimana Yar, sudah dapat apa belum temen kamu?”“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”“Ok.. Pak.”Keesokan pagi kujemput Yarmi di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku. Begitu sampai Yarmi terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas keberadaan apartemenku.“Tugas saya apa Pak..?”“Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke sini.”“Baik Pak..”Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Yarmi, aku senang karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Yarmi yang membantuku di apartemen.Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir atas diri Yarmi kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang. Yarmi sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini Yarmi menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, Yarmi yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Yarmi yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Yarmi yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak..” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Yarmi melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas.“Ahh.. ahh.. jja. jjangan.. Pak..”“Tenang sayang.. nanti juga enak..”Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Yarmi mengalah dan Yarmi pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Yarmi pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh.. enak.. Pak.. argh..” Tubuh Yarmi kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Yarmi makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkhh.. akhh.. terus.. Pak.. enak.. terus..” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.Aku pun kagum karena Yarmi merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh.. aw.. sshh.. trus.. Pak.. sshh.. aakkhh..” Aku makin kagum pada Yarmi yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Yarmi yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Yarmi. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Yarmi diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Yarmi yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Yarmi pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.“Auwwhh.. aahh.. terus.. sedapp.. Pakkh..”“Yar.. vaginamu sedap sekali.. kalau begini.. setiap malam aku pingin begini terus..”“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak.. oohh..”Yarmi makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Yarmi kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Yarmi, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.“Ooohh.. ough.. arghh.. sshh.. Pak, Yarmi.. keluar.. nihh.. aahh.. sshh..”“Yar.. cairanmu.. mmhh.. sedap.. sayang.. boleh.. saya masukin sekarang.. batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang..”“Hmm.. boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu..”Yarmi pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.“Ohh.. Yarmi.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya.. saya jadi makin suka nih..”“Mmmhh.. mhh.. Pak.. perih.. Pak.. sakit..”“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya..”Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Yarmi yang masih perawan dan Yarmi pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Yarmi walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Yarmi sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Yarmi membuatku makin cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Yarmi.“Yar, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu..”“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak..”“Sabar ya sayang..”Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Yarmi yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Yarmi menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahh.. aah.. awww.. Pak.. iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Yarmi.. aahh..” Yarmi yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Yarmi hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Yarmi yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Yarmi pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh.. mmhh.. Pak.. batangnya nikmat sekali, Yarmi jadi.. mmauu.. tiap malam seperti ini.. aakh.. aakkhh.. Paakkhh.. Yarmi keeluuaarr.. nniihh..”Akhirnya bobol juga pertahanan Yarmi setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Yarmi, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.Vagina Yarmi makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohh.. ohh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa.. aakkh.. aakkhh.. sshh..” Yarmi tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Yarmi untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhh.. aakkhh.. Pak.. Pakkhh.. nikmatthh..”Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Yarmi dan muncrat ke rahim Yarmi, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Yarmi yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Yarmi dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Yarmi dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Yarmi yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Yarmi layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Yarmi bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.“Pak.. Yarmi puas deh.. batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Yarmi, Yarmi jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Yarmi.. kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Yarmi..?”“Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Yarmi yang masih rapat.. terus terang.. baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang.. makanya saya mau Yarmi siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya.. gimana..?”“Saya mah terserah Bapak aja.”“Sekarang saya pulang dulu yach.. Yarmi.. besok aku ke sini lagi..”“Oke.. Pak.. janji yach.. vagina Yarmi maunya tiap hari nich disodok punya Bapak..”“Oke.. sayang..”Kukecup pipi dan bibir Yarmi, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Yarmi terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Yarmi pembantuku yang juga istri keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan Yarmi.Ohh.. Yarmi, pembantuku? Istri keduaku?Tamat

Kekasihku

Aku seorang pemuda yang bercita-cita tinggi namaku paulus 24 tahun. Waktu itu aku masih kuliah di semester 2 ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di kota ini. Aku tinggal di kota medan yang penuh dengan kesibukan orang yang bermacam-macam pekerjaan dari kerja kuli, pegawai, sampai pejabat pemerintahan. Aku tinggal di sebuah pondok yang hanya di tempati oleh seorang nenek dan cucunya yang manis, aku di situ mengontrak (kost) perbulan. Kisah ini aku angkat sekalian untuk mengenang kekasihku itu.Awal kisah ini terjadi waktu aku jalan-jalan di sekitar tempat kostku. Aku berjalan tidak tentu arah karena masalah keuangan membuatku bingung untuk membayar uang kost. Karena aku masih mengharapkan kiriman uang dari orang tuaku yang tinggal di kota Palembang, kota tempatku di lahirkan. Aku terus berjalan tidak tentu arah, menundukkan kepala ke bawah sakin bingungnya hingga aku tidak melihat sekelilingku. Rasa bingung sempat tertunda sejenak karena rasa lelah berjalan seharian. Dan kisahku pun bermulai dari situ.Karena rasa lelah, akupun mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. “Hmm.. taman bunga,” gumamku dalam hati melihat taman bunga yang ada di seberang jalan kota. Singkat cerita, aku menemukan tempat duduk yang biasa ada di taman pada umumnya, menghela napas dan menikmati tiupan angin sambil menghilangkan rasa lelahku. Belum sempat rasa lelahku kabur, dan di saat rasa bingung itu mulai menghantuiku kembali, aku mendengar teriakan seorang wanita yang kecopetan. Bertambah lagi suatu rasa dalam hatiku waktu itu. Dengan rasa kaget dan bingug karena terus terang, aku tidak tahan mendengar suara teriakan, apalagi teriakan seorang wanita, karena aku biasanya hanya suka mendengar suara desahan dari seorang wanita.. hehe. Dengan rasa yang bergelimang itu, akupun mulai mencari dari mana suara itu datangnya. Dan benar, aku melihat seorang gadis kira-kira berumur 20 tahun sedang histeris karena kecopetan. “Hmm .. lumayan juga ni cewek,” sekilas terlintas di pikiranku. Sementara dia sendiri sedang panik sambil menunjuk seorang pria berlari menjauhi, yang pasti dia adalah pencopet itu. Ego kejantanan dan heroikku timbul, tanpa memikirkan lelah dan lain-lain, aku lari mengejar si pencopet. Lumayan lelah mengejar pencopet itu ditambah rasa lelahku tadi yang tidak sepenuhnya hilang, aku berhasil memojok kan si pencopet, itu juga karena dia sedang sial jalannya buntu terhalang tembok.“Hehe.. pencopet baru dan ngga kenal lokasi ni orang,” pikirku dalam hati sambil mendekati.“Ayoo.. mau lari kemana kau!?” gertakku membuat dia panik.“Mau apa kau?” katanya balik bertanya.“Ehh.. kembalikan itu dompet yang kau copet!” bentakku lagi.Mungkin karena memang bandel, dia balik bertanya “Lah, kau siapa?” tidak kalah keras suaranya sambil mengucapkan kata-kata kotor.“Hahaha..” aku tertawa sok jagoan.“Kembalikan tidak dompet itu!” ancamku mulai tidak sabar.“Enak aja kau bilang kembalikan,” katanya sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya.Aku kaget dan aku mundur 2 langkah ke belakang, “Oic,” kataku tenang sambil senyum aku dan memperhatikan tingkahnya. Singkat cerita, kamipun terlibat duel. Dia menyerang dengan ganas, sedangkan aku berusaha terus menghindar untuk membuat dia lelah. Dengan bermodalkan ilmu silat yang aku pelajari waktu di kampung kelahiranku, akupun berhasil membuat si pencopet pingsan tak sadarkan diri. Aku mengambil dompet yang ada di kantongnya. Aku cari wanita tadi bermaksud mengembalikan dompetnya. Wanita itu senang karena dompetnya telah kembali. Dia ulurkan tangannya mengambil dompetnya yang di copet tadi, dan Dia tertegun menatap aku, aku jadi salah tingkah, dan Dia mengucapkan terimakasih. Dia membuka dompetnya dan mengambil uang Rp50.000 untuk diberikan kepadaku sebagai tanda terimakasih, aku menatapnya tidak berkedip sampai Dia heran.“Maaf mbak, bukannya aku menolak pemberian mbak, tapi aku tidak bisa menerima karena aku tadi ihklas kok membantu,” kataku.Dari sorotan matanya nampak Dia kecewa sekali karena kutolak pemberiannya. Kemudian Dia mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya.“Saya Wati..” dengan mengulurkan tangannya, lalu aku sambut uluran tangannya dan memperkenal kan diriku.Dia memberikan kartu namanya kepadaku dan aku menerimanya.“Bang.. ini kartu namaku kalau Abang ada perlu, ada apa-apa, kalau bisa aku bantu datanglah,” pintanya.“Hmm.. iya,” kataku.Tetapi tiba-tiba Dia memasukkan uang Rp 50.000 ke saku bajuku, aku terkejut.“Mbak Wati..” aku gagap jadinya, mau bilang apa, tiba-tiba saja Dia pergi dan menuju sebuah mobil sedan.Kalau tidak salah mobilnya Genio merah, karena aku melihat dari kejauhan saja dan Dia menjalankan mobilnya melaju, menghilang di tikungan jalan. Aku menarik napas panjang, “Hupp.. huhh..” suara napasku. Lalu aku melihat sekelilingku dan melihat orang-orang memperhatikan aku dengan heran, lalu aku melihat jam tanganku telah pukul 3 sore. Aku bergesan meninggalkan tempat itu sambil melihat kartu nama yang dia berikan kepadaku. Aku baca nama dan alamatnya dan aku ambil uang pemberiannya tadi.Di dalam hatiku, “Hmm.. lumayan bisa bayar uang kost,” lalu aku pulang kembali ke tempat kostku.Itu awal aku bertemu dengan dirinya. Pertemuan kedua terjadi di kampus, aku melihat Dia berjalan dengan temanya. Aku heran ternyata Dia satu kampus denganku. Selidik punya selidik aku mengetahui dari temanku bahwa Dia anak fakultas sastra, lalu kuberanikan diri untuk menjumpainya tapi ada rasa ragu dan bimbang. Karena sudah niat, aku terus berjalan menuju ruang fakultas sastra, sebelum sampai pintu aku terkejut, Dia keluar dari ruang itu dan aku terkejut mau mengelak tidak sempat lagi.“Heii..” katanya.“Heii juga,” balasku.“Abang kok disini?” tanyanya.Dan akupun tersenyum, “Iya..” jawabku singkat.“Ngapain abang disini?”Aku jawab, “Aku kuliah disini mbak.”“Hah?” Dia heran.“Jadi abang kuliah disini yah?”Aku hanya bisa senyum saja melihat Dia heran.“Abang di fakultas apa?”“Aku di ekonomi.”Lalu kami bercanda tentang kuliah dan Dia mengajak aku ke kantin untuk minum dan sekalian curhat. Setelah di kantin kami bicara tidak tentu arah dan Dia bilang, “Bang.. jangan panggil mbak..” pintanya.“Kenapa?” kataku.“Malukan.. aku kan belum tua,”Aku hanya tersenyum saja. Dia tersenyum dan manis sekali.“Panggil aja wati, bang, Oke..?”Lalu aku jawab, “Oke.”Disinilah awal butir-butir cinta bersemi. Kami saling bertemu dan selalu bercanda, tertawa gembira dan saling terbuka.Suatu hari, Dia ungkapkan isi hatinya kepadaku bahwa Dia suka kepadaku, dan aku pun membalas cintanya juga. Hari demi hari kami lalui hingga pada hari libur kuliah. Kami jalan-jalan menggunakan Genio merahnya. Aku yang mengendarai mobilnya. Dalam perjalan, kami mesra, di sandarkan kepalanya di bahuku, aku belai rambutnya dengan tangan kiriku. Dia makin mesra dan Dia mencium bibirku. Aku balas ciuman bibirnya. Udara dingin yang keluar dai AC mobil terasa panas rasanya karena kami sudah HOT. Aku dekap kepalanya, aku remas dada yang terbungkus Bra, dan Dia menikmati remasan tanganku.Kami sampai di puncak, yaitu di sebuah kawasan wisata terkenal di Medan, namanya Brastagi yang berhawa dingin dan sejuk. Karena kami sudah HOT, Dia berbisik ketelingaku, “Bang.. kita nginap aja yah?” pintanya.“Di mana?” kataku heran.“Di Hotel aja.”Aku tidak tahu Hotel apa yang di maksudkan, aku hanya menurut saja. Dia yang membawa jalan.“Terus aja Bang, nanti sampai di tikungan belok kanan Bang.” pintanya.Aku lihat memang di sebelah kanan ada Hotel yang megah. Dia menyuruh belok. Maklumlah, aku baru dua kali ke daerah yang kami tuju. Waktu itu aku bersama temanku mendaki gunung yang namanya gunung Sibayak. Aku belokkan mobil, aku cari tempat parkir yang aman, kami turun dan masuk ke Hotel itu. Kalau tidak salah, Hotel itu namanya Hotel Sibayak karena jelas terpampang papan nama Hotel itu. Setelah kami masuk dan pesan kamar, kami diantar room-man. Karena bangkit lagi napsu yang tertunda itu, begitu masuk kamar, aku kunci pintu. Kudekap dan kupeluk Dia. Kami berciuman dan berguman di ranjang.“Hemm.. ouuhh..” desisnya, dan aku buka perlahan-lahan baju serta BH-nya hingga polos.Aku kulum dan kuremas buah dadanya yang lumayan gede dengan pucuk yang berwarna merah muda, terus aku kulum kiri dan kanan.Dia berdesis seperti ular, “Uhh.. ahh.. ouuhh..”Dari lehernya, aku jilatin, terus turun ke perut dan makin ke bawah perlahan-lahan. Aku buka celana jeans yang dia pakai hingga lepas dan aku lihat Dia memakai celana dalam berwarna putih. Perlahan-lahan, aku buka hingga terpampang di depanku sebuah bukit yang di tumbuhi hutan yang begitu lebat. Aku sibak hutan itu, kuciumi dan kujilat.“Ouuhh.. ahh.. yahh.. ouugg..” desisnya.Aku semakin nafsu dan aku buka baju serta celanaku sehingga kami sama-sama bugil.Batang kejantananku yang sudah dari tadi tegang makin keras tegangnya ingin mencari sasaran. Dan kujilat lubang surganya dan kelentitnya yang timbul dengan tiba-tiba akibat napsunya makin memuncak.“Ahh.. ouugg.. ahh.. yaahh..” desisnya terus.Aku jilat terus kelentitnya.“Bangg.. akuu.. gak.. tahann.. mauu..”Dia mencapai klimaks, aku jilat terus. Terasa asin air yang keluar dari lubang surganya. Aku buka pahanya lebar-lebar dan perlahan-lahan aku bimbing batang kejantananku ke lubang surganya. Kuarahkan pas di lubang surganya, aku dorong perlahan-lahan.Dia kesakitan, “Aduhh.. bangg sakit..”Aku berhenti sejenak karena Dia kesakitan. Kuulangi lagi doronganku dengan perlahan dan pasti.“Slupp..” sempit sekali lubang surganya hingga batang kejantananku tidak bisa masuk. Aku dorong kedua kalinya, “Slupp..” hanya ujung kepala batang kejantananku saja yang masuk. Aku dorong terus tapi kali ini lebih kuat.“Slupp.. slupp.. bluss..plopp..” masuk batang kejantananku semua ke lubang surganya.Aku melihat darah keluar dari lubang surganya. Ternyata Dia masih “virgin” (perawan).Dia kesakitan, “Aduhh.. bangg.. sakitt.. bangg..”Aku diamkan sejenak batang kejantananku di dalam lubang surganya dan aku kulum buah dadanya yang menjulang karena nafsunya. Aku maju-mundurkan lagi batang kejantananku perlahan-lahan aku mendengar Dia mengaduh lagi, “sakit bang.. pedih.. tapi enak bang..” gumannya.Terus aku maju-mundurkan batang kejantananku.“Auoo..ahh.. yahh.. aoouupp.. yaa.. terus bang.. enak bangg.. yahh..” Dia klimaks kedua kalinya.Aku terus menyodok lubang surganya maju mundur.“Ohyahh.. ouhh.. yahh..” desisnya.Seperti ada yang meyedot batang kejantananku dari dalam lubang surganya. Aku makin cepat menyetubuhinya, hingga ada yang mengalir di dalam batang kejantananku sampai ke ujung batang kejantananku. Aku dorong terus.“Yahh.. aouuhh.. yaa..” desisku, karena tiba-tiba alirannya semakin kuat naik ke kepala batang kejantananku, aku pacu terus.“Yahh.. aouuhh.. yess.. ouugg.. yahh.. aku mauu..” tak sempat kulanjuti lagi kata-kataku, tiba-tiba, “Croott.. croott.. croott..” maniku keluar banyak, aku tembakkan di dalam lubang surganya.Dia berdesis, “Ouhh.. yahh.. uugghh.. ouhh..,” ternyata Dia mau klimaks lagi.Dan Dia pegang erat leherku, Dia mencengkram erat sekali sampai ada bekas kukunya di leherku.“Yahh.. ouhh.. ya.. yaee.. yaa..” Dia klimaks lagi ketiga kalinya.Kubiarkan batang kejantananku di dalam lubang surganya. Aku berbaring di atas tubuhnya sejenak. Karena kelelahan, kami istrahat sejenak. Aku kecup kening dan bibirnya dan aku balikkan badannya sehingga Dia ada di atas dadaku dan batang kejantananku tidak aku cabut dari lubang surganya. Kami tertidur karena lama kami bergelut, kira-kira 2 jam lamanya sampai jam 3 pagi. Aku terbangun dan tiba-tiba batang kejantananku bangkit kembali. Aku balikkan tubuhnya tepat di bawah aku. Aku sodok lagi lubang surganya. Dia terbangun dan aku sodok terus lubang surganya.“Slupp.. slup.. slupp..”Tidak lama, “Ouuhh.. yahh.. croott..croott..crott,” maniku keluar lagi, aku lemas dan tertidur di sebelahnya sapai pagi.Aku terbangun pada jam 9 pagi. Aku bangunkan Dia dan kami mandi bersama. Kami melakukan lagi di kamar mandi sampai puas. Setelah itu kami bersiap-siapa untuk keluar dari hotel itu dan kami bayar uang sewa hotel.Kami jalan-jalan di sekitar daerah kota Brastagi. Kami sampai di daerah yang belum pernah aku kesana, kalau tidak salah namanya Kaban jahe. Kami keliling-keling kota dan kami pulang ke Medan. Kami terus bermesraan, Dia merangkulkan tanganya di leherku, dia cium mesra bibirku sampai aku tidak bisa bernafas. Tiba-tiba di depan ada mobil yang berlawanan arah mau nabrak mobil kami. Aku banting setir ke kiri sehingga kami selamat dari maut. Setelah itu Dia tidak berani menciumi aku lagi karena takut. Kemudian kami berhenti di daerah yang kalau tidak salah namanya Penatapan. Orang-orang di daerah sana meyebutnya begitu karena banyak orang di sana melihat-lihat. Setelah kami puas melihat-lihat kami melanjutkan perjalan kembali ke Medan dan mobil kami terus meluncur mulus sampai di Medan.Aku berhentikan mobil kami di depan tempat kostku. Aku membawa Dia masuk ke dalam dan aku perkenalkan kepada nenek serta cucu pemilik kost. Mereka menyambut dengan ramah. Aku membawa masuk ke kamar kost aku yang berukuran 3×4 luasnya. Aku kunci pintu kamar. Aku peluk Dia, kucium, dan kuremas dadanya yang menantang.Dia membalas dengan desis suara nafsunya, “Aouuhh..ahh..,” kami bergumul selama 20 menit.Kubuka semua pakainya, Dia juga membuka pakainku hingga kami sama-sama polos. Batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi kuarahkan ke lubang surganya yang masih sempit, maklum karena baru hilang perawanya.Aku arahkan batang kejantananku tepat di lubang surganya, “Slupp.. slerr.. slupp.. blees..” masuk sudah batang kejantananku. Aku sodok terus.Dia berdesis lagi, “Aouhh.. yahh..”Karena aku takut terdengar sama nenek dan cucu yang punya rumah, aku sumbat mulutnya pakai mulutku hingga Dia tidak bisa bersuara. Terus aku sodok lubang surganya, “Auohh.. ahh.. ahh.. Bangg.. aku mau keluar nih..”Aku pacu terus sampai Dia klimaks, “Serr..” Dia kelimax terasa di kepala batang kejantananku. Aku masuki terus lubang surganya tampa henti sampai klimaks.“Aouh.. yaa.. ouh..” suara desisan nafsuku.Aku pacu terus batang kejantananku sampai, “Croott..croott..” Aku keluarkan maniku di dalam lubang surganya.Kami sama-sama puas dan tertidur sejenak Kemudian aku berbenah diri, Dia juga. Aku antar Dia pulang kerumahnya dan aku kembali ke tempat kostku.Hatiku gembira dan senang dapat kekasih yang selama ini aku dambakan. Hari-hari aku lalui hingga aku menamatkan kuliah ke meja hijau. Aku mendapat nilai ‘A’.Aku dapat kabar bahwa kekasihku telah menikah dengan orang lain karena di paksa kawin oleh orang tuanya. Dia tidak memberi kabar kepadaku. Aku mendengar dari teman-temanku kalau Dia sangat malu padaku sehingga Dia tidak memberi kabar apapun padaku. Dia hanya memberikan sebuah bingkisan dalam kotak yang ternyata sebuah kenang-kenang. Sebuah jam yang indah berukir emas dan sapu tangan putih serta alamat Dia sekarang. Aku kecewa, tapi apa boleh buat, karena bukan jodoh. Aku memutuskan pulang ke kampung. Kini hanya tinggal kenangan yang kubawa. Oh.. kasihku betapa sedih hati ini, begitu tega engkau hingga tidak sempat memberikan kabar apa pun padaku. Biarlah cintamu aku pendam selamanya dan akan kukenang selamanya. Hanya Doa dan kata-kata saja yang dapat aku panjatkan kepadamu.Tamat

Kejamnya Ibukota

Namaku Budi. Akibat dampak krisis yang berkepanjangan, menyebabkan aku dipecat dari perusahaan. Dengan modal seadanya aku berusaha wiraswasta kecil-kecilan. Baru mulai dapat pasar, pemasukan sudah mulai membaik, eh peralatan di tempat usahaku dicuri maling. Apes benar yah. Sekejam-kejamnya ibu tiri tidak sekejam ibu kota, memang ada benarnya.
Akhirnya dengan meminjam modal pada saudara (jelas tidak mungkin kalau ke bank, apa yang mau diagunkan). Setelah modal cukup aku coba lagi diusaha yang sama, hanya beda lokasi (mungkin hong sui yang dulu nggak bagus - pasar ada tetapi nggak aman).
Pemasukan dari usaha ini tidak begitu baik, tetapi tetap bersyukur, karena tempatnya aman. Yah aku coba jalani saja, hingga suatu saat..
Aku punya istri, namanya Ida. Dia bekerja di perusahaan swasta sebagai staf pemasaran. Gaji yang dia dapat tidak mencukupi karena (setelah) dipotong dengan biaya transpotasi dan makan, hanya tinggal beberapa ratus ribu rupiah. Sementara fixed cost COM (Cost Of Marriage) alias biaya tetap operasional rumah tangga cukup besar yang tidak sebanding dengan pemasukan, sehingga aku usulkan dia berhenti bekerja saja, agar membantu usahaku dengan demikian aku dapat mengurangi karyawanku dan menambah pemasukan. Alhasil pemasukan hanya dari hasil wiraswastaku, mangan ora mangan ngumpul.
Setelah dicoba beberapa bulan, akhirnya dia menolak dengan alasan pemasukanku fluktuatif, sementara dia mempunyai penghasilan tetap. Selain itu pekerjaan di rumah monoton, dan buat apa dia belajar bila tidak dipraktekkan. Semua alasannya masuk akal, sehingga dengan berat hati aku menyetujuinya untuk kembali bekerja di kantor yang sama. Beruntung sebelumnya dia mendapat cuti di luar tanggungan, belum mengundurkan diri, sehingga dapat kembali lagi dengan hak yang sama.
Beberapa bulan kemudian istriku bilang ingin mempunyai anak. Saat ini dia menggunakan spiral sebagai kontrasepsi (kita sepakat sebelum nikah agar tidak mempunyai anak bila belum siap secara materiil dan moril). Aku bilang kondisi saat ini tidak memungkinkan. Dia tetap bersikeras bahwa banyak anak banyak rejeki. Aku tertawa mendengarnya. Akhirnya dia menerima untuk sementara waktu tidak hamil dulu. Aku berikan alasan bahwa biaya terbesar untuk mempunyai anak adalah pendidikan dan kedua kesehatan, sehingga dengan kondisi yang belum stabil, aku belum berani ambil resiko - kita selalu bermusyawarah dengan memberikan alasan yang masuk akal, sehingga tidak ada larangan tanpa alasan - alias otoriter.
Suatu siang, aku “pingin” banget, kita berdua tinggal di rumah kontrakan di pinggiran Selatan kota Jakarta, yang hanya mempunyai tiga ruang dengan masing-masing ukuran tiga kali tiga, ruang pertama ruang tamu, ruang tengah, ruang tidur yang mempunyai pintu, sedangkan ruang ketiga adalah dapur dan kamar mandi, sehingga secara keseluruhan rumah kontrakan ini berukuran tiga kali sembilan meter, dan itupun berjajar sebanyak lima buah berdempetan.
Kondisi rumah yang kecil dan panas yang terik, membuat dia tidur hanya mengenakan CD dan bra, sementara tak jauh darinya kipas angin dengan kecepatan rendah, sedang berputar. Pagi hari menjelang siang aku “meminta” tetapi dia menolak karena capek. Tapi desakan “arus bawah” ini nggak tahu diri, akhirnya aku berusaha masuk ke kamar. Ternyata kamar dikunci. Dengan tidak kehilangan akal aku berusaha melepas anak kunci di dalam kamar dengan menusuk dari luar dengan obeng, agar jatuh ke koran yang aku letakkan di bawah pintu. Aduh mau minta “jatah” sama istri sendiri saja susahnya minta ampun. Saat anak kunci jatuh, dia terbangun dan anak kunci itu dengan sekali gerakan dengan kakinya keluar dari koran. Yah apes, gagal.
Aku coba cara lain. Kabel kipas angin tertancap di stop kontak di luar kamar tidur (karena stop kontak di kamar tidur lagi rusak) aku cabut sehingga udara yang dihembuskan terhenti. Tak berapa lama, dia mulai berkeringat, dan berusaha menekan tombol-tombol kipas yang tak bertegangan.
Karena panas dia keluar dan.. “Mas, aku capek tolong jangan dulu, pasang lagi kabel kipas anginnya!” katanya. Tanpa komentar kulakukan apa yang dia minta. Yah terpaksa mengalah lagi. Dia kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan tidur tanpa mengunci kamar. Gagal lagi.
Suatu hari dia memintaku agar bekerja di kantoran, yang penting mempunyai penghasilan tetap. Aku bilang umurku sudah tidak muda lagi. Mana ada kantor yang mau. Yang ada juga sekarang pada di PHK, kubilang.
Saat malam, aku benar-benar “pingin” banget, soalnya yaitu, dia kalau tidur nggak siang atau malam selalu hanya CD dan bra hitamnya saja, sementara kulitnya lumayan putih, jadi kan “arus bawah” selalu meronta. Aku mulai mendekati dan merayunya, karena sudah beberapa hari ini aku hanya masturbasi.
“Ma, aku pingin, nih..” sambil mengusap paha bagian dalamnya, posisinya tidur telungkup. Dia langsung membalik badan dan duduk serta.. “Kamu disuruh kerja nggak mau, aku pingin punya anak kamu nggak mau, apa-apa nggak mau, mati aja sana! ngentot mulu yang dipikirin..” katanya dengan suara cukup keras, malu juga aku didenger oleh tetangga. “Ya sudah Ma. Kalau nggak mau yah jangan teriak-teriak gitu dong. Didengerin sama tetangga kan malu!” jawabku. Mungkin dia ada masalah di kantor atau kurang sehat, aku memaklumi, aku keluar kamar dan tidur di ruang tamu.
Di suatu sore, saat sampai di rumah dari pulang kerja, setelah membersihkan diri dan makan, dia minta tolong aku untuk ngerokin badannya. Katanya masuk angin. Aku sedang tanggung memperbaiki peralatan usahaku di ruang tamu. Ternyata karena nggak sabar menungguku, dia minta tolong dengan Mbak sebelah untuk ngerokin badannya di kamar tidur kami.
Setelah selesai memperbaiki peralatan, aku menuju kamar tidur dan kulihat dia sedang tidur-tiduran (dia selalu tidur dengan telungkup, aku nggak bisa membayangkan saat dia nanti hamil, kalau jadi, khan repot). Aku coba memijat pundaknya, dan mengurut punggungnya. Karena terhalang oleh tali surga alias tali bra, kucoba melepaskan. Dia diam saja, dan aku terus memijat dengan siku tanganku secara perlahan, kuturunkan sedikit bagian belakang celana dalamnya hingga belahan pantatnya tampak semua (kalau dia protes, akan kujawab CD-nya mengganggu).
Nampaknya dari hasil pijatanku dia tertidur. Dengan perlahan kulepas CD-nya, pelan-pelan. Setelah terlepas, kupijat telapak kakinya sedikit demi sedikit menuju ke bagian atas sambil melebarkan bentangan kaki kiri dan kanan, kemudian ke arah betisnya, pangkal pahanya, dan kuusap paha bagian dalamnya, dan dia mengubah arah kepalanya dengan membelakangiku (jangan-jangan dia pura-pura tidur??).
Saat ini rudalku sudah siaga satu, nampak seperti joystick. Bedanya nggak ada push-button-nya.
Saat kupijat paha bagian dalam sengaja kelingkingku tidak ikut menekan tetapi kubiarkan menunjuk. Kadang kugesek ke anusnya, kadang ke klitorisnya (dia mempunyai klitoris yang sangat besar serta keluar dari penutupnya, baik dalam posisi terangsang ataupun tidak - mungkin itu sebabnya dinamakan IDA alias Itil kuDA). Dia ini tergolong wanita dengan bulu lebat, hingga lubang anusnya pun banyak ditumbuhi bulu. Takut dianya marah aku pindah memijat kaki sebelahnya tanpa merubah posisi dudukku, dan kuulangi lagi mengarah ke atas. Kali ini aku tidak menyentuh anus atau klitorisnya, tapi kuusap bulu kemaluan serta bulu sekitar anus tanpa menyentuh kulitnya.
Aku lepaskan pakaianku. Kebetulan hawanya panas sekali saat itu. Kuusap kemaluannya, terasa ada seikit lendir, kubalikkan badannya, dan.. “Ma, main, yah?” bisikku ke telinganya sambil menjilat daging lunak sekitar telinga. “Hmm..” tanpa kata, tapi aku dapat menangkap maksudnya, pasti bukan penolakan. Segera kutindih badannya, dan kuhisap putingnya yang berwarna coklat muda secara bergantian (lucu deh, balita aja kalah mimik asi-nya). Kemudian kucium mulut dan kujilati sekitar telinganya, aku tidak berani mencium lehernya karena masih ada sisa balsem, bukan terangsang yang kudapat malah kepedasan nanti.
Aku tidak berani memegang rudalku, karena tangan bekas memijat tadi terkena balsem bekas kerokan yang ada di punggung istriku. Sehingga dengan penuh perjuangan aku mencoba memasukkan rudalku ke dalam vagina istriku tanpa memegangnya, seperti max biagi habis finish terus lepas tangan, tusukan pertama gagal akibatnya terpeleset dan menggesek klitorisnya, istriku coba mengangkang lebih lebar agar lebih leluasa memasukkannya, kutusuk lagi, dan terpeleset dan..
“Pa, pelesetin terus aja enak kok,” katanya ngeledek. Dalam hati iya enak di kamu, nggak enak di aku. Kucoba yang ke tiga, akhirnya masuk, tetapi belum masuk semua hanya bagian kepalanya saja karena agak sempit. Nggak apa-apa deh yang penting sudah masuk sasaran tembak. Ya sudah, aku coba tarik-tekan dengan “space” yang kecil tadi, dengan kesabaran akhirnya semakin basah dan..
“Mph, eh,” cuman itu yang keluar dari mulut istriku, dengan raut muka seperti orang tidur.
Lama kelamaan vaginanya semakin basah sepertinya mempersilakan rudalku masuk lebih dalam. Kutekan lebih dalam dan masuk semua, baru tarik-tekan, empat kali, aku sudah keluar.
“Ma, maaf yah, soalnya sudah lama nggak main jadi keluarnya cepet,” kataku. Dia tidak menjawab tetapi mengeluarkan lenguhan nafas panjang, artinya dia nggak puas. Yah siapa sih tahan “palkon” (kepala kontol, red) belum masuk semua, tapi digesek-gesek sekitar vagina soalnya belum dipersilakan masuk. Coba deh masturbasi, tapi yang diurut hanya “palkon”nya saja, kalau nggak cepet keluar (ya lecet). Udah gitu aku khan udah lama nggak main jadi yah cepet keluar. Aku agak heran sampe ada yang main bisa lama saat merawanin anak orang. Biasanya untuk pertama kali yang cewek akan merasakan lebih banyak sakitnya ketimbang enaknya, sementara cowok lebih cepat keluar karena “palkon”nya akan terjepit dinding vagina karena si cewek menahan rasa sakit. Yah kecuali kalau cowoknya memakai obat atau Co sudah pengalaman alias nggak perjaka.
Setelah itu aku berdiri dengan ke dua lututku. Tampak cairan putih alias spermaku meleleh dari vagina istriku. Ada sebagian orang yang mengatakan itu cairan yang menjijikan, didorong bagaimanapun caranya tetap akan keluar dari kedudukannya (si istri pingin hamil jadi berusaha spermanya nggak keluar) - beda dengan pejabat di negara berkembang udah menjijikan didorong pakai apapun tetap nggak mau turun juga.
Kubersihkan dengan CD hitamnya, dan aku ke belakang untuk memcuci “rudalku”. Setelah selesai aku kembali ke kamar tidur. Posisi tidur istriku belum berubah, masih terlentang dengan kaki terbuka lebar dan mata terpejam (yang jelas bukan tidur kemungkinan kesel, ya).
“Ma, nambah yah?” kataku. Dia diam aja. Aku duduk di depan vaginanya. Tampak vagina labia minoranya sudah menutup, tetapi klitorisnya masih tersembul keluar. Kubuka labia minoranya yang tertutup bulu hitam keriting, saat akan kujilat..
“Jangan, Pa, kotor..” kata istriku, sambil bangun terus memegang bagian belakang kepalaku dengan kedua tangannya serta menghisap bibir bawahku, menghisap dengan sangat kuatnya dan mencari-cari lidahku. Setelah dapat, dihisapnya lidahku, terlepas, dimainkannya lidahnya di gusiku. Saat dia melakukan semua gerakan kulihat matanya terpejam, saat mendapatkan lidahku, matanya setengah terbuka yang tampak bagian putihnya saja.
Dijilati leherku, terus ke dua putingku, hingga “rudal”ku bergerak tetapi belum mengeras hanya “waspada satu”. Selanjutnya dia menjilati lubang “rudal”ku. Poupss, rasanya mak.. Dia suka meng-oral-ku, tetapi kalau di-oral nggak mau, alasannya kotor bekas darah menstruasi, keputihan, bau, pokoknya nggak boleh, yah sudah aku nurut aja, toh aku yang diuntungkan.
Dia memasukkan hanya sebatas kepala “rudal” ke dalam mulutnya, dihisap, dilepas (hingga bunyi “plop”), dijilati kepalanya, dihisap lagi, begitu keras menjadi “siaga satu”, dimasukkan semuanya ke dalam mulut, dilakukan berulang-ulang. Rasanya “rudal”ku sudah keras, tetapi ada sedikit rasa linu (mungkin setelah keluar yang pertama tadi dan kencing saat dibersihkan sekarang dipaksa tegang lagi), sehingga rasa linu ini mengalahkan rasa nikmat untuk segera “keluar”.
Tahu kalau sudah “siaga satu”, dia segera mengangkangi rudalku dan memasukkan ke vaginanya, bergerak naik turun dengan sangat cepat.
“Oh.. oh.. ohh..” suaranya keras bener, membuat rasa linuku hilang berubah menjadi nikmat. Kucoba menutup mulutnya agar tidak didengar tetangga, malah jariku dijilati, auw, enak bener. Nggak lama digigit, langsung segera kutarik tanganku (ganas bener, anjing kalah?), Eh, malah lebih keras lagi suaranya. Bodo ah, biarin tetangga denger, kadang seperti orang kepedesan (sshuah - shuah, padahal nggak ada cabenya), kadang seperti orang merintih kesakitan.
Sudah capek dengan gerakan cepat naik-turun. Dia terduduk tetapi tetap bergerak memutar secara perlahan, kemudian dia roboh, telungkup memelukku, dan menghisap bibirku. Terasa “rudalku” seperti ada yang menekan, saat dia melakukan penekanan dengan rongga vagina pada “rudalku”, dia mengangkat sedikit pantatnya dan menjatuhkannya kembali, akhirnya dia nggak bergerak.
“Capek aku, Pa,” katanya dengan napas ngos-ngosan. Kubalik badannya tanpa melepas “rudal”ku. Tampak hidungnya kembang-kempis, capek benar kayaknya. Kucabut “rudalku”. Tampak banyak lendir berwarna putih menyelimuti “rudal”ku, dan di sekitar labia minoranya ini sih bukan becek tapi banjir, tetapi aku tetap senang (wanita tidak mengeluarkan atau menyemprot cairan sperma seperti pria, hanya lendir bening, akibat dikocok terus menerus maka berubah manjadi putih susu).
Kalau ada yang bilang “jangan sama orang Sunda”, “jangan sama orang Cina”, “jangan sama orang berkulit putih”, banjir, becek, menurutku “SALAH”, banjir dan becek itu menandakan wanita itu terangsang “BUKAN” dari warna kulit, sehingga memudahkan penetrasi. Sebaliknya bila kering akan sulit sekali penetrasi, kalau dipaksakan akan berakibat iritasi selain itu akan menyebabkan ejakulasi premature karena sentuhan yang diterima sangat luar biasa. Mau tahu buktinya mana ada pemerkosa lama, paling nggak lebih dari dua menit (aku bukan pemerkosa lho) yah kalau dia kelamaan keburu ketangkep, tul nggak? Kalau iritasi perihnya minta ampun. Ada cerita yang mengatakan pelacurnya nggak tahu kalau tamunya sudah keluar - itu bisa terjadi bila: pelacurnya acting, pelacurnya lagi ngelamun atau pelacurnya masih perawan, lha wong tiap hari ditusukin pasti dia tahu. Mungkin lebih tahu dari tamunya, soalnya dia berusaha agar secepatnya ejakulasi, khan prestasi kerjanya di situ.
Aku bersihkan “rudal”ku dan labia minoranya dengan GT MAN-ku. Selanjutnya kumasukkan kembali, kuangkat kakinya ke pundakku. Gerakanku pelan (kan habis di bersihkan jadi agak berkurang lendirnya) begitu mulai basah kutambah kecepatannya, hingga tak lama akan keluar..
“Mas jangan dikeluarin dulu, Papa berdiri deh,” kata istriku. Segera aku bangun dan dihisapnya. Saat akan keluar, disemprotkan spermaku ke wajahnya, dan dioleskan “rudalku” ke wajahnya. “Kamu kok aneh sih, Ma?” tanyaku. “Nggak. Kata teman sperma itu obat manjur untuk jerawat. Selain itu juga mengencangkan wajah!” katanya. “Kata siapa?” katanya. “Mbak Maryanah,” jawabnya. Hah, Mbak Maryanah itu tetangga sampingku, orangnya kalem, sopan, guru TK. Nggak nyangka. Pantes kok nggak pernah jerawatan dan memang sih wajahnya putih kenceng. Tapi masak sih orang seperti itu mau melakukan kayak gitu, yah dalamnya laut siapa tahu? “Pasti ngelamunin ya?” tanyanya, sambil mencubit pantatku. “Tahu aja, habis nggak nyangka sih.” “Sebetulnya dia keberatan ngasih tahunya, tapi aku desak terus menerus untuk memberikan resep bebas jerawat dan wajah kencengnya. Kata dia sih cuman aku yang tahu, jangan diberitahukan ke siapa-siapa, malu katanya,” jawab istriku.
Setelah kita berdua membersihkan organ vital, kita menuju peraduan. “Ma, kamu itu jerawatan bukan pakai sperma obatnya, tetapi jangan stres!” kataku sambil tidur miring menghadap ke arahnya. “Papa ini gimana sih, namanya orang hidup khan pasti punya masalah, nah khan mesti dipikir!” jawabnya nggak kalah sengit sambil menekan jidatku. “Tetapi menurutku jerawatmu itu karena nafsumu yang nggak tersalurkan, jadi timbul di wajahmu terus sering marah-marah,” kataku. “Itu maunya Papa agar bisa sering main, tapi gimana yah, aku khan nggak bisa nafsu kalau aku ada masalah sama kamu.” “Jadi kamu selingkuh dengan orang lain, memangnya ada masalah apa denganku.” “Selingkuh, nggak lha yau, nggak selingkuh aja sudah pusing apa lagi selingkuh,” jawabnya tegas. Wah kaget juga hampir ngantukku hilang. Biasa, habis main biasanya ngantuk bawaannya.
“Terus masalahmu apa sama aku?” tanyaku. “Pa, aku bingung ngurus keuangan rumah tangga, semua keperluan kamar mandi naik, listrik naik, kontrakan naik. Cuma susuku sama spermamu saja yang turun,” katanya sambil megang susunya sendiri serta “rudalku”. “Yah larinya kok kesitu lagi,” kataku. “Lho memang kenyataan begitu, kalau sudah gitu khan pusing, gimana mau main, coba.” “Kok hari ini kamu tumben mau, biasanya marah-marah melulu?” tanyaku. “Tadi aku periksa ke tempatmu kerja, kata Lili (kasirku) banyak pengunjung, jadi pasti kamu bawa uang banyak,” jawabnya sambil senyum. “Oohh,” kataku sambil senyum juga. “Jadi kalau gitu masuk angin dan kerokannya hanya akting. Pantes nggak merah? agar mancing aku untuk bersetubuh, memuaskan kamu, dan jerawatmu?” tanyaku kesal, tapi ngecret juga sih. “Nggak juga Pa, memang tadi badanku terasa nggak enak, terus aku di jalan lihat orang di bajaj mesra banget, bayangin di bajaj aja mesra, kalau di mobil mewah sih wajar, jadi ingat kamu. Tapi yang lebih penting sih kamu bawa uang lebih,” katanya. “Lho kok masalah uang lagi?” tanyaku. “Iya memang itu sumber masalahnya,” jawabnya. “Katanya dulu waktu pacaran sudah siap hidup susah, yang penting saling mencinta,” rayuku. “Makan tuh cinta,” katanya. Aku tersenyum. “Jadi ada uang abang sayang, nggak ada uang abang ditendang?” kataku. “Ember,” jawabnya sambil senyum. “Tahu gini mendingan beli sate dari pada pelihara kambing,” kataku meledek. “Sapa suruh luh kawin,” katanya sambil menaikkan dagunya yang lancip, sambil merubah posisi tidur dengan wajah membelakangiku. “Dasar perempuan, tugasnya ngabisin uang suami,” kataku, yang masih tetap tidur miring menghadap ke istriku. “Kodrat” jawabnya singkat.
Yah, itulah sebagian kecil kehidupan rumah tangga yang selalu banyak masalah silih berganti, padahal sebelum nikah, aku sudah membaca segala macam buku. Kalau ujian mungkin dapat nilai “A”. Ternyata setelah nikah, segala teori yang di buku hanya sebagian kecil yang terjadi.
Jadi ingat sebuah lagu, Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit dahulu - senangpun tak datang, malah mati kemudian. ———(Jamrud)
Mudah-mudahan, badai krismon segera hilang.
TAMAT

Diikat Wanita Teman Baruku


Suatu hari Sabtu aku pergi bersama teman-teman ke sebuah disco di daerah kota. Teman-temanku sudah mempunyai pasangannya masing-masing, hanya aku saja yang sendiri. Tempat itu terasa penuh, sesak dan bising karena suara musik yang keras. Kami duduk di sebuah meja di pojok ruangan dan memesan minuman. Karena aku tak kuat minuman alkohol, jadi kupesan coca-cola. Teman-temanku ramai-ramai turun dan berdansa, tinggallah aku sendiri di meja itu.
Di kegelapan ruangan disco itu, kulihat sesosok wanita tinggi semampai, cantik dan langsing. Beberapa kali aku melihatnya sambil berharap ada balasan pandangan darinya. Tanpa menunggu lebih lama agi, kuhampirinya dan kusapa.
“Hallo, apa kabar, sendirian aja ya?” “Ya. Lagi liat-liat dan mau having fun” jelasnya sambil tersenyum. “Kamu sama siapa kesini?” tanyanya. “Sama teman-teman. Kenalkan aku..” sapaku sambil menyebut nama. “Aku Mei Mei” katanya.
Kuajak dia duduk di mejaku lalu memesan minuman. Kulihat wajahnya yang putih bersih, kulit yang halus dan cantik. Dia seorang wanita keturunan Tionghoa. Dia memakai baju dan celana kulit hitam mengkilat dan ketat. Kamipun lalu ngobrol-ngobrol dan ketawa-tawa seolah-olah kami sudah kenal lama. Impresi pertamaku mengatakan dia orang yang baik dan mudah akrab namun cukup agresif. Sesekali kami turun dan berdansa. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam dan Mei Mei berkata padaku.
“Aku mau pulang, sudah bosan. Aku mau melakukan sesuatu di rumah, tapi aku perlu teman untuk itu. Kamu mau ikut atau tetap disini saja?”. Tanpa pikir panjang kujawab, “Aku ikut denganmu.”
Malam itu kami pun lalu mencari taksi dan dia mengatakan ke supir taksi.
“Pak, ke apartemant ABC di Peconongan”.
Taksipun lalu berjalan mengarah ke Peconongan. Di dalam taksi aku coba mendekati dan merayunya. Kupegang tangannya dan diapun tak menolakknya. Terasa kulit tangan yang halus. Merasa mendapat angin, aku melanjutkan rayuanku dengan mengecup pipinya. Dia tak menolaknya dan malah mencium balik pipiku. Maunya aku taksi ini berputar-putar biar perjalanannya lebih lama sehingga aku bisa menikmati momen ini.
Tak lama kemudian taksipun sampai di aperteman itu. Kubayar taksi dan dia mengajakku untuk mampir di apartemannya. Kami lalu naik ke lantai 10. Dibukanya pintu utama dan kulihat ruangan apartemannya yang bersih dan rapi.
“Apik sekali ya kamu. Tinggal sama siapa kamu disini?” Di jawabnya, “Sendirian. Orang tuaku yang beli aparteman ini tapi mereka tidak tinggal disini.”
Lampu ruangan yang baru saja dinyalakannya kemudian di redupkan sehingga terangnya seperti api lilin.
“Kalau mau minum, ambil sendiri saja ya. Lemari esnya di sebelah situ dan ada beberapa makanan kecil di dekat kulkas,” katanya sambil berjalan menuju kamarnya.
Dia tinggal di 1-bedroom apartemen. Barang-barangnya kulihat tersusun rapi dan apik. Di ruang tengah (tamu) ada TV dan sofa. Diantara sofa dan TV ada karpet tebal dan lembut berwarna putih. Kulihat Mei Mei berjalan keluar kamarnya sambil membawa sebuah tas. Kamipun lalu duduk disofa sambil nonton TV. Dia lalu menawarkan padaku untuk menonton film VCD. Akupun setuju dan tidak perduli apa filmya karena yang ada dibenakku mau “USAHA”. Sambil dia mencari film yang dimaksud, kutanya.
“Maaf, apakah kamu sudah menikah?” Dijawabnya, “Nikah? Pacar aja aku nggak punya”. Kulanjutkan, “Nggak mungkin, cewek secantik kamu nggak punya pacar? Mungkin kamu terlalu milih kali”. Mei Mei lalu berkata, “Aku lagi nggak mau mikirin soal pacar dan nggak usah nanya-nanya soal gituan ya. Sekarang aku lagi mau having fun”
Dahiku berkerut memikirkan apa kiranya yang dimaksud dengan “having fun”. Didapatkannya VCD yang dimaksud dan film pun mulai ditayangkan dan betapa herannya aku melihat film tersebut. Film yang disetel Mei Mei adalah tentang Bondage dan Disiplin. Diapun lalu bercerita tentang fantasi yang ia miliki dan betapa senangnya ia kalau bisa melakukan hal-hal seperti yang ada di film tersebut. Di jelaskan padaku bahwa dia ingin dapat mengikat orang lawan jenisnya. Dia lalu bertanya padaku.
“Mau saya ikat kamu seperti di film itu?”
Aku menggelengkan kepala menandakan ketidaksetujuanku. Dia lalu beranjak ke arah pintu dan mengunci serta melepaskan kuncinya.
“Nah sekarang kamu nggak bisa pergi. Kamu sekarang aku culik dan akan kujadikan budakku. Kalau kamu melawan, aku akan berteriak meminta tolong biar orang-orang berpikir seolah-olah kamu mau memperkosa aku. Apa kamu punya pilihan? Sebaiknya kamu nurut aja” katanya sambil mengejek namun terlihat paras muka yang memohon. Kutanya, “Buat apa pakai di ikat-ikat segala? Lebih enakkan kalau bebas dan kita bisa meneruskan seperti yang di taksi tadi” Dijawabnya, “Aku mau nerusin yang tadi tapi dengan syarat kamu harus di ikat. Aku senang dan bergairah sekali kalau lawan mainku nggak berdaya lho!”
Akhirnya aku setuju dan menyerahkan diriku padanya.
“Ok deh kalau gitu maunya kamu tapi hati-hati ya,” pintaku padanya.
Tak kusangka cewek manis dan cantik ini punya suatu keanehan. Mei Mei lalu memintaku untuk berdiri dan melepaskan pakaianku hingga celana dalam. Aku telanjang bulat dibuatnya. Dikeluarkannya beberapa tali dari tas lalu diletakkan disampingku. Film bondage masih terus diputarnya. Ia lalu meminta kedua tanganku diletakkan dibelakang dan diikatnya dengan seutas tali yang cukup panjang. Beberapa putaran tali dililitkan di tanganku dan kumerasakan ikatan yang kuat. Kedua ujung tali kemudian di ikat mati olehnya sambil terlebih dahulu ditariknya keras-keras. Ia pun lalu mengecek beberapa lilitan tali di tanganku memastikan tidak ada yang longgar.
Setelah kedua tanganku terikat dibelakang, ia lalu mengikat kedua siku lenganku erat-erat. Kemudian ia ikat kedua kaki dan lututku. Aku masih berdiri sambil beberapa kali berusaha menyeimbangi diri agar tidak jatuh. Setelah semuanya terikat, ia lalu menjatuhkan badanku ke lantai. Beberapa tali masih belum terpakai dan tergelatak dilantai. Sesekali ia mengecek tali-tali ikatan itu dan setelah itu kulihat senyum kepuasan diwajahnya.
“Kamu seksi sekali deh telanjang dalam keadaan terikat. Kamu harus kuapakan? Ada ide nggak?” tanyanya sambil memandangku. Aku menggelengkan kepalaku sambil menjawab, “Nggak ada. Terserah kamu aja deh mau ngapain aku” Lalu disambungnya, “Ok deh kalau begitu nanti kupikirkan”
Tanpa kusadari, kurasakan kegairahan yang teramat sangat dalam keadaan terikat. Penisku berdiri tegak dan keras bagaikan sebuah tiang bendera yang besar. Tak kupungkiri aku menyukai keadaan ini. Mungkin kegairahan ini timbul karena diikat seorang wanita cantik. Dalam keadaan tak berdaya, Mei Mei lalu memintaku untuk menjilati kakinya. Permintaannya kurasakan sebagai suatu hinaan dan aku benci serta tak mau melakukannya. Belum sempat lama aku berpikir untuk menjawabnya, kedua kakinya diletakkan di muka dan mulutku.
“Ayo jilat, bersihkan kakiku!” bentaknya.
Kulakukan perintahnya dan terdengar desihan nikmat darinya. Kujilat dan kuisap jempol dan jari-jari kakinya beberapa kali. Mulutku terasa kering karena jilatan-jilatan itu. Selang beberapa waktu kemudian, ia memintaku untuk menghentikan dan Mei Mei lalu beranjak dari duduknya dan menibaniku dengan posisi kemaluannya berada diatas kepalaku.
“Sekarang kamu jilat mekiku” pintanya.
Direndahkan mekinya sehingga memudahkanku untuk melakakukannya. Desihan nikmat yang cukup keras terdengar dari mulutnya.
“Aduh enak sekali, ayo jangan berhenti. Terus, terus, terus..”
Ia lalu menundukkan kepalanya dan kemudian kurasakan penisku terisap. Kami melakukan posisi 69. Dilakukannya berualang-ulang hingga kurasakan nikmat yang teramat sangat. Kuperingatkan padanya bahwa sebentar lagi aku akan ereksi, namun Mee Mei tidak perduli malah mempercepat hisapan-hisapan itu sambil mempermainkan biji penisku dengan tangannya.
“Awas, awas aku mau keluar..”
Dan semprotan spermaku keluar dengan kencangnya ke mulut Mei Mei. Cukup banyak sperma yang keluarkan dan mungkin sebagian tertelah olehnya. Walau aku sudah berereksi, ia tidak menghentikan hisapan-hisapan itu dan terus malakukannya. Terasa kegelian tapi nikmat sekali. Tidak lama kemudian, ia pun menyudahi hisapan itu dan berjalan ke kamar mandi membersihkan mulutnya yang dipenuhi oleh spermaku. Ia lalu kembali dan berkata.
“Bagaimana rasanya di sepong dalam keadaan terikat? Nah sekarang istirahat dulu”
Ia pun membiarkan diriku terikat di lantai. Ia lalu mengganti film bondage dengan acara lainnya. Sambil menonton TV, Mei Mei memainkan kembali kedua kakinya pada badan dan kepalaku sambil sekali-kali menendangku, tapi tidak keras.
Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 1 pagi dan badanku terasa capai dan lemas. Kulihat ekspresi yang sama pada Mei Mei. Kuminta padanya untuk melepaskan ikatan-ikatan ini karena aku mau pulang. Permintaanku itu disambutnya dengan menyumpal mulutku dengan lakban serta mengikatkan seutas tali di kakiku dan kemudian menariknya ke atas serta menyatukannya dengan tanganku. Tidak ada jarak yang tersisa, kaki dan tanganku bersatu dibelakang badan dan kemudian ia ikatan kedua ujung tali tersebut. Setelah selesai mengikatkan tali itu, ia lalu menarik tubuhku yang terikat ke dalam kamarnya dan kemudian mengangkatku ke tempat tidurnya. Lalu ia berbaring disebelahku dan berkata.
“Kamu nggak boleh pulang malam ini. Kamu temani aku disini. Aku capai dan mau tidur. Selamat tidur. Mimpi indah ya. Jangan coba-coba melepaskan ikatan tali-tali itu”
Mei Mei lalu mematikan lampu kamarnya dan kemudian ia pun hilang ditelan kegelapan malam. Aku pasrah dan menerima keadaan ini dan berusaha untuk dapat tidur sambil berusaha untuk tidak menghiraukan sakitnya ikata tali-tali di tangan dan kakiku.
Dalam tidurku terasa sesuatu hisapan di penisku. Enak dan nikmat hisapan itu. Aku berpikir mungkin aku sedang bermimpi. Aku tidak sadar bahwa aku masih dalam keadaan terikat. Kubuka kedua mataku dan kulihat Mei Mei sedang menghisap penisku yang sudah berdiri tegak dan keras. Aku sadar sedang tidak bermimpi. Ada sesuatu yang aneh lainnya yang kurasakan. Anusku terasa dimasuki oleh sesuatu, tidak besar namun geli rasanya. Akhirnya kusadari Mei Mei sedang memasukkan jarinya yang tertutup sarung tangan plastik ke lubang pantatku. Tidak mudah ia melakukannya karena posisi ikatan yang menyatukan kaki dan tanganku sehingga menyebabkan lubang anusku tidak mudah untuk digapai.
Tak lama kemudian ereksiku pun terjadi dan spermaku berhamburan kembali di mulutnya. Ia pun kemudian berjalan ke kamar mandi membersihkan dirinya. Kemudian ia kembali menghampiriku dan melepaskan lakban yang menyumpal mulutku dari tadi malam.
“Selamat pagi, gimana kabarnya. Belum pernahkan dibangunkan dengan alarm dengan sepongan” Mei Mei menyapaku. Aku hanya tersenyum. Lalu aku mengatakan, “Lepaskan dong tali-tali ini. Sakit rasanya terikat semalaman. Aku mau mandi dan pulang”. Ia lalu berkata, “Ini kan hari minggu buat apa cepat-cepat pulang. Lagipula aku masih pengin melihat kamu seperti ini. Kalau rasanya sakit ya lumrah dong. Oh iya, aku punya kejutan lho buat kamu. Tadi aku minta temanku, Florence, kesini. Aku bilang ada sesuatu yang mungkin menarik”. Kujawab, “Gila ya apa kamu. Masa aku harus dipamerkan dan dimainkan oleh teman-temanmu dalam keadaan seperti ini. Aku nggak mau. Ayo buka tali-talinya!!” kataku dengan suara yang keras. “Nggak mau. Buka aja sendiri” sahutnya.
Mei Mei lalu menyumpal mulutku kembali dan keluar kamar. Aku meronta-ronta sekuat tenagaku mencoba membuka ikatan tali-tali itu. Berkeringat seluruh badanku. Tidak lama kemudian ia kembali membawa sebuah lilin yang menyala. Ia lalu duduk disampingku dan meneteskan air lilin yang panas ke badanku.
“Ugh, ugh, ugh..” aku berteriak menahan panasnya tetesan lilin itu.
Aku bergeliat-geliat mencoba menjauhinya namun ia terus mendekatiku dan mengulangi meneteskan lilin itu. Akhirnya aku pasrah dan hanya bisa berteriak dalam keadaan tersumpal. Setelah puas melakukan permainan meneteskan lilin itu, Mei Mei lalu membuka sumpalan mulut dan ikatanku satu demi satu hingga aku terbebas.
“Aku bercanda kok bilang temanku mau datang kesini. Tapi nanti kalau kamu aku ikat lagi, boleh ya aku ajak temanku, cewek kok. Siapa tahu nanti akan lebih asyik dan bergairah. Ma kasih ya. Minggu depan kesini lagi ya tapi jangan malam. Kita mulainya dari Sabtu siang aja, kan jadi punya banyak waktu,” sapanya sambil memperlihatkan beberapa foto diriku dalam keadaan terikat.
Belum sempat aku menjawab, Mei Mei lalu berkata sambil mengancam.
“Kalau kamu nggak mau ketemuin aku lagi, foto-foto ini nanti aku sebarkan lho! Jadi jangan coba-coba untuk menghindar. Aku juga sudah tahu nomor telpon dan alamat kantormu dari kartu nama yang ada di dompetmu”.
Aku tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengiyakan permintaannya. Akupun lalu mandi dan berpakaian. Tak lama kemudian aku pamit pulang tanpa banyak berkata apa-apa. Sebelum berpisah, Mei Mei kembali mengingatkanku dan tersenyum mengejekku.
“Minggu depan ya sayang, jangan lupa. Aku tunggu lho..”
Tak kusangka jam pada saat itu menunjukkan pukul 10 pagi. Hampir 24 jam aku terikat dan disiksa olehnya. Namun ikatan dan siksaan itu sangat kunikmati dan sangat menggairahkanku. Aku berkata dalam hatiku tanpa foto-foto itu atau diminta untuk datang kembali, aku pasti akan datang memintanya untuk mengikat dan menyiksaku lagi.

Yose dan Ana

Namaku Yoze, umurku saat itu masih 26 tahun (2007) dan saat itu masih bekerja dan status pacaran serta masih anak kos. Aku anak lelaki yang tidak super special, tinggiku hanya 165 cm dan alat perang pun tidak super, hanya 13 cm dan normal. Kata orang, daya tahan tergantung dari kondisi fisik, jadi aku mengakui disaat aku fit, maka daya perang pun bagus, dan disaat tidak fit, daya perang pun menurun.Cerita ini adalah kenyataan, walaupun agak sedikit dirubah tempat dan lokasinya. Pada hari itu aku sangat BT di kantor. Kerjaan telah kuselesaikan dan aku mulai iseng menelpon ke sembarangan nomor HP dan menelpon perusahaan-perusahaan kalau ada operator yang nakal yang mau kuajak ngobrol.Dan saat itu aku kebetulan menghubungi ke PT. xx (edited), dan diangkat oleh suara yang halus. Ketika aku asyik berbicara, dia pun mau menyambut kata-kataku, tanpa disangka ternyata operatornya adalah cewek, oke boo. Pembicaraan hari pertama hanya sekedar berbicara saja, tapi itu tidak putus sampai disana saja, karena besok dan lusanya aku masih sering menelponnya.Namanya Ana, umurnya masih 21 tahun, tingginya 165 cm berbadan sexy, ukuran dada biasa saja, tapi dadanya itu wah, sangat padat dan berisi. Kalau dia model atau bintang film, barangkali saya pasti menduga kalau dia memakai silicon. Indah sekali dan sangat membuat nafsu bisa melonjak ke angkasa. Tapi ini asli lho. Bukan silikon. Dan warnanya itu coklat muda sekali, memang tidak pink, tapi sangat indah sekali berada di atas kulit putihnya itu.Pembicaraan antara kami masih berlanjut dari hari Senin sampai hari Jumat, dan tidak disangka karena berbicara enak, dia sampai curhat habis-habisan ke saya, bahwa dia sudah pernah berhubungan tapi pacarnya telah meningalkannya 3 bulan yang lalu. Sekarang dia merasa sedih karena kesendiriannya. Pada hari Jumat itu tanpa disangka pembicaraan kami membuahkan hasil yang memuaskan, dan akhir yang memuaskan untuk kesokan harinya.Yah, sebagai lelaki yang sudah punya pacar dan bertunangan, aku pun kadang masih mempunyai jiwa petualangan. Dia tahu saya telah bertunangan, tapi karena ngomong ‘ngalur-ngidul’ di Jumat siang itu, dia pun bersedia saya ajak menjadi selingkuhan saya.“Hallo.., apa kabar hari ini..? Nggak makan siang..?” kata saya dalam telpon.“Ya mau sih, tapi nggak ada yang nemenin.”“Wah saya sih mau aja nemenin, kalo nggak masuk kerja. Kan kantor kamu deket ke kos saya, jadi kita bisa makan bareng. Tapi jangan makan bareng deh, datang siang hari aja, kan kalo bule abis datang bisa berlanjut tuh, bangunnya pagi hehehe.”“Wah mau banget tuh, kapan bisanya? Udah nggak tahan juga nih.”“Ayoo.., ke kiri nih ngomongnya,”“Becanda tau, kan kamu udah punya tunangan. Saya nggak mau sampai kamu batal bertunangan, saya nggak mau gangu kebahagiaan kamu.”“Yaa tau, tau..”“Tapi enak juga ya kalo bisa berselingkuh, tapi kita kan harus jaga masing-masing punya rahasia, cukup kita berdua yang tau. Kan kalau wanita ketahuan begitu kan bisa malu gede, dan saya juga nggak mau sampai hubungan saya.., ya kamu ngerti kan.”“Ya saya sih ngerti kok, dan nggak mau merusak hubungan kamu. Tapi kan kamu harus apel, terus gimana mau berselingkuh..?”“Ya bisa diatur donk, masa nggak bisa, hehehe.. Mau donk yangg.. (kami sering pangil Yang, Cinta, dan istriku dengan panggilan Honey)”“Wah, kalau gitu kamu cakep nggak..?”“Ya sedang aja deh, pasti nggak kecewain, tapi saya takut nggak kuat nih, soalnya kan nggak master selingkuh, hehehe..”“Ya ntar saya ajarin deh caranya.”“Yee.., kaya master aja, dah sering ya..?”“Yee.., enak aja, nuduh deh..”“Eh, besok Sabtu kemana..?”“Saya kan kerja, kantor lokal kan Sabtu masuk setengah hari.”“Gimana kalo pulang kerja saya jemput..?”“Ok aja, kalau gitu perselingkuhan dimulai besok aja ya, hehehehe..”“(Serius..!) Kamu serius nih, mendingan liat saya dulu, suka nggak..?”“Suka aja, abis suara kamu seksi deh.”“Ok, sekarang gini deh, mendingan kamu liat saya dulu, kalau kamu suka, kita lanjutkan. Tapi saya nggak mau berselingkuh selamanya, kita pake batas waktu aja, karena takutnya kalo keterusan nantikan bisa tumbuh rasa cinta, kan saya bisa berada di antara kebingungan memilih ntar.”“Yee.., sok laku Papa nihh..”“Ya nggak pa-pa donk, jaga-jaga.”“Ya, agree deh..”“Kalau begitu kita selingkuh 3 bulan aja, mau..?”“Ok nih, bener, ok besok kita mulai, ok..?”“Ok, siapa takut..?”“Ya udah deh saya mau makan dulu, besok saya call lagi ok Mami..?”“Ok Papi, sampe besok.”“Kalau sempat, sore ntar saya call ok, muacchh, cup, cup.. cup..”“Muaachh.., cup Papi, byee dadaa..”“Ok, sampe besok or ntar sore, byee dadaa..”Ya, setelah pembicaraan itu aku tidak tahan deh, kebayang terus, dan sorenya aku sempat menghubunginya sebentar dan akhirnya kami yakin besok bertemu di kantornya.Pagi-pagi aku sudah bangun. Ketika keluar kamar, anak-anak kos mengajak ke bowling, katanya mau olah raga terus mau nonton siang dan kembali malam. Saat itu aku sudah ada janji dengan Ana, tentu saja aku tidak mau ikut mereka.Jam 10 pagi kusiapkan makanan, membereskan kamar, tidak lupa aku mengepel kamarnya, karena di tempat kosku pembantu hanya datang pagi hari, tetapi sore harinya ngepel, cuci baju dan strika. Setelah semua beres, aku mulai menata kamarku dan meja kecil. Aku juga menyediakan makan serta lilin kecil, dan musik sudah kusiapkan di VCD-ku.Jam 11.30 aku menelponnya lagi sambil bercanda.“Hello Mami, lagi ngapain..?”“Lagi mikirn kamu, takunya ntar saya diperkosa, hehehe..”“Tapi suka kan, hehehe..”“Suka donk, tapi nggak boleh sekali, mesti sering kali.”“Yee.. Kamu lagi ngapain..?”“Kamu lagi ngapain..?”“Ehmm, lagi nonton film blue, biar belajar dulu jurus perkosaan, hehehe..”“Asyik.., ntar diperkosa, hehehe..”“Ya, udah jadi ngejoni nih, kamu pake baju warna apa, ciri-ciri kamu gimana..?”“Saya hari ini pake baju putih, rok mini warna coklat muda dan blazer saya juga coklat muda, rambut panjang, pake sepatu hitam haknya 5cm, sexy dan rambut agak coklat panjang sebahu. Gimana..? Cakep nggak, and kamu..?”“Oke banget, Mom, saya pake jeans biru tua, baju kaos putih, rambut pendek hitam dan pake sendal deh.., hehehe..”“Lho, kok kamu belon jalan, kan mau makan siang, mau makan dimana kita..?”“Kamu tau beres aja deh, biar saya yang atur, ok..? Asal nurut aja..”“Ok deh, saya makan semua kok, apa aja asal jangan daging orang, ok Papi..?”“Ok, saya jalan sekarang ya, biar cepat liat tuan putri nan jelita nih..! Hehehe..”“Ok see you soon, muahh..”“Muachh.., byee..”“Byee Papii..!”Aku langsung ke kantornya, jam 12 kurang 5 aku sudah sampai. Kantornya hanya ruko biasa di komplek rukan. Setelah ketemu kantornya, kuparkirkan mobilku sedikit agak jauh, dan kuhubungi dia. Dia bilang tunggu 5 menit, dan aku menunggu. Setelah 5 menit, aku melihat gadis cakep, sexy, tidak seperti saya bayangkan, seorang operator agak hitam, jelek, tapi ini lain.Aku turun dari mobil dan aku menghampirinya. Kami bersalaman biasa saja, dan langsung ke mobil. Di mobil aku mulai berbicara mencairkan kekakuan di antara kami. Dan dia pun mulai bercanda seperti kami di telpon. Ketika mobil melaju melewati pintu parkir keluar dari perkantoran, aku mulai bercanda cium sayang buat Papa Mana.“Cup, cup, cup..” tiga kali ciuman lust (birahi).“Ya.., gituan dikatain birahi, kemaren anak tetanga saya juga sun kaya gitu, hehehe..” candanya.Tanpa disangka, Ana memegang belakang kepalaku dan menariknya dengan lembut dan melumat bibirku. Uh.., beberapa detik aku melayang ke angkasa, ternyata bibirnya yang terbal dan indah itu sangat luar biasa, lembut. Lidah itu sempat masuk menyapu langit-langit dan menyentuh lidahku. Tapi itu hanya bisa beberapa detik, karena aku harus langsung memutar mataku ke arah jalan. Tanpa melepaskan pertemuan bibir dan bibir itu, aku melihat dari sudut mata ke arah jalan untuk tetap membagi pikiran antara kenikmatan dan mengendarai mobil.Setelah beberapa detik, dia tertawa, “Ayo.., nggak bisa konsen kan, hahaha..” katanya.Aku hanya bisa senyum dan sedikit menantang, “Tunggu aja ntar satu jam..” kataku singkat.“Wah.., kalau gitu godain lagi dehh..”Sepanjang jalan yang hanya 20 menit terasa sangat lama, dan apa lagi dia terus mengodaku sambil tidak lupa bertanya makan siang dimana. Kujawab, “Ikut aja deh..”Jam 12.30 mobilku masuk ke pekarangan, dan parkir tepat di depan kamarku. Rata-rata kamar di sini bisa parkir mobil di pintu kamar masing-masing.Aku langsung turun, dan dia tidak mau kalah sambil sedikit bergaya berlari kecil menuju pintu kamar. Tapi sekali lagi mataku hanya dapat terperangah melihat keindahan baju bagian atasnya yang bergerak indah sekali, dan pingulnya itu, ahh..Kubuka pintu kamar, dan, “Taram.., makanan sudah tersaji tuan putri,”“Wah asyik.., enak sekali, wah ada ayam goreng, ada swike, ada cap cay, makan yoo.., laper nih..!”Kami makan dengan mesra sambil suap-suapan. Beberapa kali Ana melakukan gerakan lain dari yang lain untuk suapannya, dia mengigit ayamnya dan menyuapkan ke mulutku, tapi setelah aku membuka mulut, yang masuk ayamnya, dan berikut bonus lidahnya yang ehmm..Di tengah-tengah kami makan, Ana kembali menanyaiku, “Yoz.., mana film blue-nya..?”Aku hanya ketawa, dan Ana pun mengerti bahwa tadi hanya bohongan. Dan seterusnya Ana bergaya agak kecewa.Aku saat itu merasa mengecewakan tamuku, dan langsung aku kembai menawarkan, “Kamu mau nonton beneran..? Mau yang mana..? Asian, Bule apa Negro nih..?”Dan Ana pun menjawab, “Bule deh..”Aku segera menuju tumpukan CD-ku, musik slow yang mengiringi makan kami pun kuhentikan dan diganti dengan film ‘uh ah uh ah’. Acara makan pun semakin bertambah hot, sementara itu tangan sudah tidak memegang sendok lagi, dan sudah berjalan kemana-mana. Ana menyuapiku dengan mulut dan melumatku sambil tangannya yang nakal mencoba mencopokan celanaku, mulai dari ban pinggang, membuka resleting dan kancingnya. Kemudian dia menarik celanaku sambil cekikikan.Sekarang saya sudah tidak bercelana lagi, hanya celana dalam saja yang ada. Kembali Ana menarik bajuku hingga hanya celana dalam yang masih melekat di badanku. Anuku sudah kelihatan dari depan dan Ana mengelusnya dari luar, kemudian mengambil makanan lagi, mengigitnya, dan ketika suapan mulut berikutnya itu sampai lagi, aku pun tidak memberi dia waktu untuk menariknya, langsung kulumat sedalam-dalamnya dan sangat lama sekali.Setelah merasa puas melumat, tanganku pun mulai menjalar ke dadanya yang indah, dan uhh.., sangat empuk sekali. Sambil tetap mencium leher, kuping dan pundaknya perlahan-lahan, kancing baju putihnya mulai kubuka. Baju putihnya pun terbang entah kemana, ciuman di atas bra pun sangat nikmat, dan harumnya uhh.. Kembali kucium lehernya dan kupingnnya yang indah, harum sekali, dan bra pun mulai melepaskan bebannya menahan bukit indah nan putih itu.Ciuman pun mulai turun dari leher ke dadanya yang indah dan berwarna coklat muda, dadanya yang putih dan perutnya yang datar membuatku bertambah semangat. Kuputar lidahku di seputar bukit indah itu, dan secara perlahan lidah mulai menyentuh putingnya yang kecil itu.Dan, “Uhh..” terdengar suara melenguh dari bibirnya yang seksi itu.Ciuman terus bergerilya naik turun dari puting ke arah ketiaknya, lengannya, balik ke dadanya dan rok pun terbang entah kemana.Mulai secara perlahan, sasaran tempur pun berubah. Sambil mencium dadanya perutnya, tanganku mulai mengelus lututnya dan naik ke atas menyentuh vaginanya, dan terdengar kembali lenguhan yang sangat keras. Ciuman mulai turun ke selangkangan di tepi-tepi celana dalamnya yang coklat muda itu dan mengelilingi pahanya. Sambil menarik celana dalamnya, kuciumi anusnya, dan dia pun ketawa kegelian, dan nikmat sekali.Ketika ciuman mulai naik ke atas dan berputar di antara anusnya dan vaginanya, dia pun berteriak keras kenikmatan, lidahku terus bergerilya menajak, menyentuh labianya. Dengan satu gerakan cepatku, ujung lidahku naik ke klitorisnya. Ketika badan lidahku bergerak menusuk kemaluannya, tidak terduga tangannya dengan kasar menjambak rambutku dan menekan sedalam-dalamnya ke liang kemaluannya. Kubiarkan kepalaku menjadi bola mainannya, dan kepalaku berputar-putar terus, dan terus.Sedang asyiknya aku bermain dengan lidahku, terdengar erangan, “Fuck me pleasee..!”Aku pun tersadar, dia ingin merasakan kenikmatan dengan anuku di dalamnya. Ana berusaha bangkit untuk menarik celanaku, tapi aku tetap menekannya. Karena aku tidak ingin dia kehilangan kenikmatan, aku tetap menjilat-jilat dengan buas di bawah. Aku menekan tanggannya, dan aku mulai melepaskan CD-ku.Dan dua insan sekarang berada dalam keadaan tanpa benang, tanpa diduga Ana menyerangku, dan mendorongku dengan kuat, sehinga aku telentang. Ana memegang anuku dengan lembut tapi cepat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok dan seperti menunggang kuda. Dia mulai seperti menaiki pelana dan mengarahkan pingulnya, selangkanganya, kemaluannya.Sedetik kemudian aku dapat merasakan secara perlahan Ana menyentuhkan anuku ke klitorisnya, megosok-gosokkannya.“Scchh..!” aku mendesak nikmat.Kututup mataku, dan dan kulihat Ana pun menutup matanya sambil menengadah ke atas. Kurasakan Ana secara sangat perlahan menurunkan pinggulnya, memperdalam masuknya anuku ke dalam vaginanya. Dan seperti penungang kuda umumnya, dia mulai mendesis keras dan memacu kudanya secepat-cepatnya dan semakin cepat. Kutahu Ana akan segera menikmati orgasmenya dan aku mulai sedikit bangun dan mengulum puting kirinya, mengusap lembut dada kanannya, dan tangan kananku memeluk pinggannya.Beberapa detik kemudian Ana berteriak cukup keras, “Akhh..!” dan gerakannya semakin buas, dan memelukku sekuat-kuatnya.Ana menekan kepalaku lebih keras ke dadanya, dan aku membalas pelukannya dengan menguatkan pelukanku dan kulumat bibirnya. Ana terlihat tersenyum tanpa kelihatan lemas, dia kembali mencium keningku, dan terus masih menggerakkan pinggulnya, kulihat masih ada sisa-sisa kenikmatan yang dia rasakan. Aku masih merasakan remasan-remasan kemaluannya yang begitu nikmat dan perlahan.Dia mulai mencium kupingku dan membisikkan, “Akan kubuat Papi merasakan hal yang sama..!”Ana kembali menekanku, sehingga aku jatuh telentang dan mulai bergerak liar. Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang pasti ketika aku mulai hampir mencapai puncakku. Aku mengatakan kepada Ana aku hampir sampai, tapi yang Ana lakukan malah memperlambat gerakannya dan menurunkan tangannya dan memainkan klitorisnya. Ternyata Ana jago dalam multi orgasme. Ketika aku mulai menahan nafas dan mulai mengigil kecil dan menahan teriakan kenikmatan, Ana pun beguncang untuk waktu yang lama. Ternyata kami orgasme berdua, dan kali ini Ana pun duduk di pelana tanpa bergerak, semenit kemudian dia rubuh menindihku, dan membisikkan, “Yoz.., dua kali lho Yoz.., enak.”Aku terbang melayang dan bangga pada diriku, aku dapat memuaskannya. Karena kalau onani aku hanya semenit lho sudah keluar, tapi kali ini aku mampu memuaskannya, dua kali lagi. Kami beristirahat sambil menonton blue film. Sambil tiduran Ana menyentuh alat vitalku yang biasa saja, dan mulai mengelus-elus, dan kami pun berlanjut lagi. Jam 4.30 ana mulai menuju kamar mandiku dan mulai membersihkan tubuhnya, dan aku pun menyusul. Kami mandi berdua. Dan dalam keadaan mandi, Ana pun masih sempat menghisap kemaluanku.Setelah mandi aku lebih dahulu berpakaian dan duduk, kemudian menggeser meja kecl di tengah kamarku. Ana pun keluar dari kamar mandi dengan gaya sensual sekali, dan sedikit malakukan gerakan striptease dalam mengeringkan tubuhnya, indah sekali. Selesai itu aku mengambil CD, bra dan baju Ana, dan mengenakan seperti anak kecil. Tidak lupa aku mengulum putingnya dan mencium lembut Ana. Kejadian ini berulang setiap Sabtu.Aku sangat kagum kepada Ana, dia tidak lupa menanyakan kalau hari ini malam minggu dan menanyakan kenapa aku tidak apel.“Yoz.., nggak usah antar saya pulang, sampai depan aja. Saya sambung naik taxi, kamu apel sana.., jangan kecewain tunangan kamu ya..!” itulah yang dikatakannya.Malamnya aku merasa bersalah pada tunanganku, tapi setan lebih kuat menggoda, dan kami menjalankan hubungan ini selama 3 bulan. Setelah itu kami berpisah tanpa pernah menelpon dan berhubungan lagi.Saat ini aku telah menikah. Pernah aku bertemu Ana di mall, bulan lalu (September 2001) tapi kami masing-masing memegang rahasia dan kami pun tidak bertegur sapa, sampai detik ini. Dan kekagumanku adalah karena Ana memang menjalaninya sebagai selingkuhan murni, dan selama berselingkuh dengan Ana, dia selalu menasehatiku jika aku bertengkar dengan tunanganku.“Ingat.., kamu sekarang berselingkuh merasakan lebih nikmat, sehingga kamu seperti ini. Kamu jangan begitu, kamu harus mengalah, dahulukan dia. Kalo nggak, jatahmu tidak dapat lhoo..!” selalu begitu nasehatnya.Juga dorongan dalam kerjaan, dia benar-benar seseorang yang dapat mendukungku.Ya, semua begitu indah tapi percayalah, selingkuh hanya selingkuh. Mungkin kalau kami jadian juga tidak akan perfect, karena rasa curiga akan perselingkuhan lebih lanjut. Dan selingkuh dengan istri akan selalu memilih istri pada akhirnya. Jadi jika anda ingin berselingkuh, murni saja, jangan setengah-setengah.Tamat